Maya Oktaviani, nama yang terukir di dalam Buku Imajinasi Tanpa Pagar Besi yang merupakan kumpulan karya siswa SMAN 1 Megamendung Jawa Barat dalam 4 bahasa (Indonesia, Inggris, Jerman dan Sunda). Akhirnya Maya cukup merasa puas dan senang karena tulisannya yang berjudul Harapan dan Takdir terpilih untuk bisa dibukukan dalam bentuk gabungan karya siswa di sekolahnya yang juga ditandatangani oleh Ridwan Kamil Gubernur Jabar.
Menekuni Menulis Cerpen
Siswa SMA Negeri 1 Megamendung, Gadog Jawa Barat menuturkan bahwa sejak di bangku SMP sudah mulai menyukai kegiatan membaca dan menulis, serta menyukai pelajaran Biologi, bermimpi suatu saat nanti bisa menjadi dokter atau penulis novel. Maya pernah berkesempatan mengikuti olympiade Biologi. Satu sisi yang mulai kelihatan dari impiannya sebagai penulis, ternyata ini bermula dari awal pandemi COVID-19 sewaktu duduk di kelas IX, untuk mengisi kejenuhannya Maya mulai sering membaca novel melalui Wattpad dan ini menjadi titik awal Maya menyukai kegiatan menulis cerita dalam bentuk cerpen.
Dengan membaca banyak cerita yang keren-keren dan akhirnya menginspirasi dirinya untuk menulis dengan mengembangkan imaginasi yang dimilikinya. Tulisan sebagai karya pertamanya berjudul Ilmu Yang Bermanfaat ditulisnya saat kelas X, menjadi karya yang diikutkan pada lomba menulis cerpen, meskipun belum berpengalaman dan menghasilkan banyak tulisan, Maya memberanikan diri untuk mengikuti lomba. Sayangnya belum mendapatkan katagori juara, tapi ini menjadi cambuk untuk mengembangkan dirinya dalam menulis cerpen. Untuk kedua kalinya Maya mengirim tulisan dengan judul Goresan Janji Sang Pahlawan, ikut serta karena ditunjuk mewakili kelas X dan jika menang akan dipublikasikan di surat kabar Radar Bogor, namun sayang untuk kedua kalinya gagal. Di kelas XI mencoba mengirimkan tulisannya yang berjudul Pohon Rindang Tak Ingin Pulang, ternyata ini juga tak ada kabar beritanya cukup lama yang sempat membuat dirinya frustrasi, sepertinya ini bukan jalan nya untuk ditakdirkan menulis.
Tidak berharap lagi dengan hasil tulisan terakhir itu, tiba-tiba ada kabar bahwa tulisannya terpilih dan akan dibukukan secara kompilasi dengan karya lainnya. Kaget dan senang mendengar kabar tersebut, Maya menyadari bahwa perasaan kecewa yang bisa dikatagorikan bentuk frustrasi seharusnya tidak boleh hadir didirinya. Momen ini menjadikan dirinya bersemangat kembali untuk menulis. Tuhan mengabulkan doa hambanya yang berusaha, namun dibutuhkan kesabaran. Di kelas XI mengikuti kegiatan Program Cerpen Se-nusantara, tidak dilombakan tapi akan dapat bimbingan dari mahasiswa dalam meningkatkan Kemampuan Menulis, dari program ini Maya menghasilkan cerpen yang berjudul Harapan dan Takdir.
Sekolah Maya mengikuti Festival Jabar Masagi, Ridwan Kamil menandatangani buku yang ada tulisan cerpennya. Senang sekali bisa ditandatangani Gubernur Jabar. Ini menambah semangat Maya terus belajar, memperbanyak latihan kosakata dan membuat alur untuk lebih baik. Maya juga mengajak teman-teman lainnya untuk mencoba menulis jangan menyerah, usaha tidak pernah menghianati hasil.