Peran Aktif Orang Tua Dalam PPDB Sekolah

Peran Aktif Orang Tua Dalam PPDB Sekolah

Bulan Juni untuk setiap tahun merupakan bulan sibuk bagi para orangtua khususnya yang memiliki anak yang akan masuk tingkat SD, SMP dan SMA. Orangtua tidak ingin sembarangan menyekolahkan anaknya. Memilih sekolah yag tepat merupakan investasi jangka panjang bagi masa depan anak-anak. Pada bulan Juni ini sampai awal bulan depannya para orang tua yang mulai sibuk mencari informasi untuk kelanjutan pendidikan anaknya untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Jadi bagi orang yang akan mendaftarkan anaknya ke jenjang tersebut sudah bisa menyiapkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan sebelumnya. Hingga saat ini penerimaan murid baru berdasarkan sistem zonasi, dan pada kenyataannya setiap tahun terjadi kekisruhan pada saat proses PPDB. Keterbatassan daya tampung sekolah khususnya negeri, dianggap menjadi pemicu kekisruhan penerimaan peserta didik baru setiap tahunnya.

Tujuan PPDB untuk memeratakan pendidikan dan tidak ada lagi label sekolah favorit justru kontradiktif dengan kenyataan di daerah. Hingga saat ini masih marak pelabelan pada sekolah favorit ataupun sekolah penggerak. Karena itu, bukan salah orangtua jika mereka masih berorientasi menyekolahkan anak mereka ke sekolah favorit ketimbang memilih sekolah yang jaraknya dekat dengan rumah, tetapi kualitasnya kurang baik. Istilah sekarang mungkin berganti dari sekolah favorit menjadi sekolah penggerak, namun bagi orangtua tetap saja mereka ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. PPDB saat ini masih berbasis ketersediaan bangku sekolah dan bukan berfokus pada berapa jumlah peserta didik. Akhirnya terjadi jumlah pendaftar lebih banyak dengan daya tampung sekolah negeri. Padahal sekolah swasta sudah dapat masuk dalam sistem PPDB sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah. Namun, masalah biaya menjadi penyebab orangtua enggan menyekolahkan anak-anak
mereka di sekolah swasta.

Bagi pendaftar yang tidak lolos seleksi PPDB, mereka harus mendaftar ke sekolah swasta. Jika dilihat perjenjang pendidikan, persaingan PPDB akan semakin sengit karena semakin tinggi jenjang pendidikannya, semakin sedikit jumlah sekolahnya. Jumlah SMP lebih sedikit dibandingkan dengan SD, jumlah SMP lebih sedikit dibandingkan dengan SMP. PPDB harus lebih berfokus pada upaya pemenuhan hak atas pendidikan bagi semua daripada mengutak-atik teknis seleksi. Pemerataan kualitas sekolah dengan parameter yang tidak sempit. Apabila disimak secara seksama, permasalahan yang dikeluhkan masyarakat sebetulnya sangat teknis antara lain seperti jarak dalam zonasi, jalur prestasi baik prestasi berjenjang maupun tidak berjenjang, surat keterangan domisili, dan juga usia kartu keluarga saat pendaftaran. Perlu adanya peran aktif orangtua/wali murid Calon Peserta Didik untuk ikut menyukseskan program PPDB yang telah menjadi agenda tahunan pemerintah. Perlu adanya kesadaran moral dan hukum oleh tiap-tiap anggota masyarakat.

Leave a Reply